...

Inspirasi Keluarga Fadli: Berangkat Umrah Mandiri Tanpa Ragu

Beberapa tahun lalu, ide melakukan umrah mandiri mungkin terdengar aneh. Tapi sekarang, tren ini justru makin banyak dipilih jamaah Indonesia yang ingin pengalaman spiritual yang lebih personal, fleksibel, dan efisien.

Salah satunya adalah cerita inspiratif dari keluarga kecil asal Yogyakarta: Pak Fadli, istrinya Bu Rina, dan anak mereka yang sudah remaja. Selama bertahun-tahun mereka menabung, menunggu waktu yang tepat untuk berangkat ke Tanah Suci. Namun ketika biaya paket travel umrah naik drastis, mereka mulai mencari alternatif lain — hingga akhirnya mengenal konsep umrah mandiri.

“Awalnya kami pikir umrah mandiri itu ilegal, tapi setelah membaca UU No.14 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, kami baru tahu bahwa justru pemerintah kini memberikan ruang bagi jamaah untuk beribadah lebih fleksibel, asal tetap memenuhi syarat administratif,” tutur Pak Fadli.

Undang-undang baru itu memang menjadi titik balik besar. Di dalamnya, pemerintah mengatur dengan jelas soal visa umroh mandiri, transportasi, akomodasi, hingga panduan keamanan bagi jamaah yang berangkat tanpa bimbingan travel resmi. Dengan kata lain, selama jamaah mematuhi aturan dan mengurus semua kebutuhan secara sah, ibadah mereka tetap diakui dan dilindungi secara hukum.

Pak Fadli kemudian mulai riset. Ia membaca panduan, menonton video pengalaman jamaah lain, dan mencari layanan jual visa umroh mandiri yang resmi dan terpercaya. “Kami ingin memastikan semuanya legal. Jadi kami pilih penyedia yang terdaftar dan memiliki reputasi baik,” tambah Bu Rina.

Dalam waktu sebulan, seluruh dokumen selesai. Tiket, hotel, transportasi di Makkah dan Madinah, bahkan asuransi perjalanan — semua diatur sendiri. Meski awalnya terasa rumit, mereka justru menikmati prosesnya. “Rasanya seperti menyiapkan perjalanan impian keluarga. Kami bisa memilih tanggal sesuai waktu libur anak, bisa pilih hotel dekat Masjidil Haram, dan mengatur jadwal ibadah sesuai kemampuan kami sendiri,” kata Bu Rina dengan senyum bahagia.

Begitu tiba di Tanah Suci, rasa haru menyelimuti mereka. Tidak ada rombongan besar atau muthawif yang mengarahkan setiap langkah. Semua mereka lakukan dengan niat dan keyakinan. “Justru di situ letak maknanya,” kata Pak Fadli. “Kami benar-benar merasa Allah سبحانه وتعالى menuntun setiap langkah kami.”

Kini banyak jamaah yang merasakan hal serupa. Generasi muda dan keluarga modern lebih memilih umrah mandiri karena dianggap lebih efisien, transparan, dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Mereka tidak lagi pasif mengikuti jadwal travel, tapi aktif merancang perjalanan ibadah dengan kesadaran penuh.

Namun tentu, kemandirian ini harus diimbangi dengan kesiapan. Jamaah perlu paham cara menggunakan aplikasi Umrah Nusantara, tahu lokasi-lokasi penting, dan memiliki rencana cadangan jika terjadi perubahan jadwal. Pemerintah pun sudah menyiapkan sistem pengawasan berbasis digital agar jamaah tetap aman selama beribadah.

Selain itu, banyak platform resmi kini menyediakan layanan jual visa umroh mandiri lengkap dengan pendampingan administratif. Jamaah hanya perlu menyiapkan dokumen seperti paspor, bukti akomodasi, dan jadwal penerbangan. Setelah semua berkas diverifikasi, visa umroh mandiri akan diterbitkan secara resmi melalui sistem terintegrasi dengan Kedutaan Arab Saudi.

Keuntungan lain dari umrah mandiri adalah fleksibilitas biaya. Jamaah bisa menyesuaikan anggaran, memilih hotel bintang tiga atau lima, memilih waktu keberangkatan low season, hingga memperpanjang masa tinggal di Madinah tanpa batas paket. Semua keputusan berada di tangan jamaah.

Bagi keluarga seperti Pak Fadli, pengalaman ini menjadi kenangan yang tak ternilai. Mereka bukan hanya beribadah, tapi juga belajar banyak hal — mulai dari manajemen perjalanan, kesabaran, hingga rasa syukur yang mendalam. “Setiap langkah ke Masjidil Haram terasa seperti pelajaran hidup,” kenang Bu Rina. “Kami sadar, ibadah bukan hanya soal sampai, tapi juga tentang bagaimana prosesnya mendekatkan kita pada Allah سبحانه وتعالى.”

Kini setelah pulang ke Indonesia, Pak Fadli dan keluarganya sering diminta berbagi pengalaman di komunitas masjid setempat. Mereka membantu jamaah lain memahami cara legal melakukan umrah mandiri, mulai dari mengurus visa umroh mandiri, memilih hotel, hingga menyiapkan itinerary.

Mereka selalu menekankan satu hal: bahwa umrah mandiri bukan berarti tanpa bimbingan, tapi bentuk tanggung jawab dan kesadaran dalam beribadah. “Kalau niat kita benar dan persiapan matang, insya Allah semua dimudahkan,” tutup Pak Fadli.

Dengan semakin banyaknya jamaah yang memilih jalan ini, umrah mandiri bukan sekadar tren, tapi cermin dari semangat baru umat Islam Indonesia — yang mandiri, bijak, dan berorientasi pada makna spiritual sejati.

5/5 - (1 vote)
Scroll to Top
Order Online/Support? via Whatsapp